Oleh :
Prof. Fory Armin Naway
Ketua ICMI dan Ketua PUSPAGA Kabupaten Gorontalo.

Pranala.co.id-Dengan kondisi Gorontalo hari ini yang masih banyak persoalan yang mencuat, terutama Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terbilang rendah dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia, maka Gorontalo masih memiliki agenda besar,tantangan dan perjuangan yang berat. Dengan asumsi lain, Gorontalo saat ini hendak memanggil setiap orang Gorontalo untuk berkiprah,bekerja dan berjuang bersama mewujudkan Gorontalo yang lebih maju lagi

Bahkan dapat disebut, bahwa Gorontalo saat ini hendak memanggil setiap orang Gorontalo untuk melahirkan berbagai gagasan prospektif,ide-ide kreatif dan inovatif agar daerah ini mengalami lompatan-lompatan kemajuan yang signifikan agar bisa sejajar dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Tidak hanya itu saja, Gorontalo saat ini hendak memanggil orang Gorontalo untuk tidak mendekonstruksi bangunan nilai-nilai historis dan perjuangan para pendahulu sehingga Gorontalo menjadi daerah yang memiliki karakteristik sebagai daerah adat maupun daerah Serambi Madinah.

Juga, Gorontalo saat ini tidak hanya sekadar memanggil, tapi juga hendak menggugah setiap jiwa Gorontalo untuk melahirkan karya-karya berharga, mengembangkan segala bentuk potensi yang ada pada diri setiap orang Gorontalo untuk terus diberdayakan secara elegan mewujudkan kemaslahatan bersama.

Tidak bermaksud hendak memupuk semangat “primordialisme” Gorontalo, tetapi sesungguhnya yang menjadi sumber pemikiran prospektif adalah kita sendiri orang Gorontalo jualah yang sejatinya berdiri paling depan menjadi pelopor kemajuan. Artinya, kita harus berdikari atau berdiri di atas kaki sendiri yang tidak selalu menyandarkan kemajuan daerah ini pada orang lain di luar Gorontalo.

Gorontalo dalam konteks ini juga, hendak memanggil orang Gorontalo yang berkiprah di luar Gorontalo atau di negeri rantau untuk kembali ke Gorontalo mengembangkan segala bentuk potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia Gorontalo. Paling tidak, orang Gorontalo atau mereka yang berdarah Gorontalo yang saat ini mencapai ratusan ribu jiwa untuk secara bersama-sama mencurahkan perhatian bagi negeri leluhur Gorontalo.

Orang Gorontalo di negeri rantau tidak sekadar pulang saat hari raya idul fitri misalnya, tapi juga membawa pulang ilmu dan semangat untuk berkiprah bagi masa depan Gorontalo. Bagaimanapun juga, dalam diri kita terdapat amanat dari para leluhur untuk berbuat yang terbaik bagi daerah ini. Konstruksi berpikir bahwa Gorontalo tidak kondusif untuk mengembangkan segala bentuk ide kreatif sudah saatnya dikesampingkan, karena saat ini mindset berpikir masyarakat Gorontalo sudah jauh lebih baik dan kondusif.

Di sisi yang lain, Gorontalo saat ini hendak memanggil setiap orang Gorontalo untuk mulai meninggalkan mentalitas “Tutuhiya” atau saling menjatuhkan, meninggalkan tradisi “mohihita” yang berkenotasi negatif, melainkan terus membangun konsep berpikir yang konstruktif melalui kompetisi yang sehat, berkolaborasi melalui semangat “mohuyula” dan “moawota” untuk mengembangkan beragam potensi yang ada di Gorontalo.

Dalam konteks ini, setiap orang Gorontalo sejatinya merasa terpanggil dan memiliki kesadaran yang tinggi untuk menjaga marwah Gorontalo sebagai daerah adat yang memiliki seperangkat nilai-nilai luhur sebagai landasan berpikir, bersikap dan berperilaku. Dengan demikian terdapat 2 elemen yang dapat dikontrobusikan untuk Gorontalo, yakni kontribusi kekaryaan dan kontribusi non kekaryaan. Artinya, jika belum dapat berkontribusi dalam bentuk karya monumental maka sejatinya berkontribusi menjaga karakter dan mental sebagai orang Gorontalo yang mowu’udu, tinepo dan tombula’o.

Hal itu penting untuk membangun “brand image” Gorontalo di mata orang luar Gorontalo sebagai daerah adat yang dihuni oleh orang-orang yang senantiasa menjaga sikap sopan santun,ramah dan menghargai orang lain. Ketika aspek ini mewarnai dinamika pergaulan di tengah masyarakat, maka itu sama artinya mempromosikan Gorontalo yang akan mengundang respon yang positif dari orang lain di luar Gorontalo.

Terdapat begitu banyak ruang bagi orang Gorontalo untuk menempatkan diri dan berbuat yang terbaik bagi daerah ini. Dengan kata lain, untuk berbuat dan berkarya bagi Gorontalo yang paling minimalis adalah menjaga nama baik Gorontalo melalui sikap dan perilaku yang baik apalagi kepada para tamu dan pelancong yang kebetulan berkunjung ke Gorontalo.

Sebutlah misalnya para pegawai hotel, pramuniaga di super market, karyawan rumah makan atau pemilik warung makan maupun para pedagang untuk menjaga sikap sopan santun, ramah dan murah senyum dalam melayani para pengunjung. Paling tidak itulah instrumen yang paling kecil dan minimalis yang paling murah namun dampaknya sangat besar sekali bagi nama baik Gorontalo.

Gorontalo memanggil dengan demikian, tidak sekadar diperuntukkan bagi mereka yang memegang jabatan tertentu untuk mengambil kebijakan yang konstruktif dan berpihak pada rakyat dan masa depan Gorontalo, tapi untuk seluruh rakyat Gorontalo di manapun. Artinya, setiap orang Gorontalo memiliki tanggung jawab dan peran masing-masing untuk mewujudkan kemaslahatan bersama. Kemajuan suatu daerah tidak hanya dilihat dari aspek pembangunan maupun pertumbuhan ekonomi daerah, tapi juga kemajuan dalam aspek sikap dan perilaku masyarakatnya yang selalu berpegang teguh pada nilai-nilai agama maupun nilai-nilai adat dan budaya leluhur Gorontalo. Itulah yang disebut dengan Gorontalo memanggil, Gorontalo menggugah, yakni memanggil dan menggugah siapapun kita untuk berbuat yang terbaik. Semoga (***).

%d blogger menyukai ini: