Pranala.co.id – Meski berlangsung secara sederhana, namun peluncuran Buku Gorontalo An annotated Bibliography dari tahun 1865 S/D 2019, Dokumentasi Pengetahuan Lintas Bangsa disambut penuh antusias oleh berbagai kalangan.

Kegiatan yang dilaksanakan di Gedung Pusat Informasi (PUSI) Gorontalo di Limboto, Rabu (29/12) itu, antara lain dihadiri oleh Akademisi yang juga Penulis Gorontalo, Basri Amin sekaligus Penyunting Buku ini, Budayawan Romo Samsi Pomalingo, Politisi senior Ridwan Monoarfa, Dharmawati Majid dari Balai Bahasa Gorontalo, Wakil Rektor II UMGO Salahudin Pakaya, Ali Mobiliu Penulis Buku Sejarah dan Budaya. Serta para Penulis yang lain Gorontalo, dan unsur akademisi lainnya.

Menurut Fasilitator kegiatan yang juga Ketua Jurusan PGSD Universitas Negeri Gorontalo, Chandra Cuga, Buku Gorontalo An Annoted Bibliography yang diluncurkan ini terbilang sangat langka bahkan yang pertama dalam sejarah perjalanan Gorontalo.

Buku ini urainya, menghimpun dan mengulas berbagai isi buku yang selama ini sudah terbit di Gorontalo sejak akhir abad XVIII hingga tahun 2019.

Dari rentang waktu itu, terdapat 200 buku yang dianotasi ke dalam buku yang kelak dapat memudahkan para pembaca untuk mendapatkan referensi penting tentang Gorontalo.

“Yang kita lihat sendiri ada kurang lebih sekitar 200 buku yang dihimpun, kemudian ditulis kembali oleh para penulis, ditelaah kemudian disajikan kepada para pembaca, untuk lebih memahami isi buku tersebut,” tuturnya.

Dijelaskannya, bukan hal yang tidak mungkin, setelah menyimak isi buku ini, para pembaca akan penasaran ingin memiliki buku aslinya.

Yang jelas menurutnya lagi, cakupan materi dalam buku ini menyuguhkan khasanah ilmu pengetahuan lintas bangsa khususnya tentang Gorontalo, karya para penulis dari tahun 1865 sampai dengan 2019. Semuanya tertuang dalam buku ini yang diharapkan bisa merangsang dan menggairahkan masyarakat, khususnya kelompok Milenial agar mereka dapat mengetahui sejarah dan keunikan yang ada di Gorontalo.

“Dalam buku ini bada yang menulis tentang seni, Budaya, Musik Gorontalo, bahkan makanan Khas Gorontalo, dan itu harus diketahui para pemuda-pemudi generasi berikutnya,” jelasnya.

Ia juga menambahkan, di buku ini juga ada tradisi Gorontalo, ini juga bisa menjadi sebuah referensi bagi semua kalangan.

Ide membuat buku ini, lanjut Chandra, berawal dari diskusi dari beberapa dosen di Kampus yang akhirnya dapat diwujudkan untuk dipersembahkan ke khalayak banyak.

“Semoga dengan hadirnya buku ini, saat ini dan ke depan dapat menggairahkan generasi muda Gorontalo untuk mengeksplorasi khasanah pengetahuan tentang Gorontalo” harapnya.

Harapan senada juga dikemukakan Staf Khusus Bupati Gorontalo bidang Sejarah dan Budaya yang juga Pendiri PUSI Gorontalo Rustam Tilome.

Menurutnya, peluncuran buku ini diharapkan dapat merangsang minat generasi muda untuk membaca khasanah ke-Gorontaloan agar mereka ke depan memiliki referensi dalam menulis sehingga ilmu pengetahuan tentang Gorontalo terus berkembang.

“Karena kita ini terlalu miskin literasi, dalam aspek sejarah saja banyak sebenarnya yang tau, tapi tidak dituangkan dalam tulisan melainkan hanya melalui lisan saja,” jelasnya.

Kelemahan Gorontalo itu adalah, kenapa data-data Gorontalo itu harus ditelusuri di Belanda dan tidak ada di Gorontalo, karena memang budaya menulis dan membaca orang Gorontalo yang masih sangat kurang.

“Karena itulah kelengahan kita itu yang sangat disayangkan. Untuk itu kegiatan ini harus selalu gencar dilakukan, kalau boleh dalam satu tahun harus beberapa kali kita lakukan, agar daya gedor generasi ini sangat tinggi dalam menulis buku,” jelasnya.

Ia juga berpesan untuk generasi muda Gorontalo, perbanyaklah membaca, karena membaca itu adalah jendela ilmu pengetahuan yang menjadi salah satu wahana penting dalam menatap masa depan yang lebih baik.

Editor : Mira

Pewarta : Agung Nugraha

%d blogger menyukai ini: