Bagian Pertama

Pranala.co.id-Jika merefleksi perjalanan karir dan kiprah Nelson Pomalingo untuk Gorontalo selama ini, satu hal yang tersaji dengan sangat jelas, betapa sosok yang berjuluk “Sang Deklarator” Provinsi Gorontalo ini, tidak hanya sekadar menjalankan rutinitasnya atau menggugurkan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, tapi juga sangat nampak jelas terpatri keteguhan hati dan idealisme seorang Nelson untuk menghayati dan mengaplikasikan sumber nilai yang diwariskan oleh leluhur Gorontalo yang terkandung dalam “Payu Limo Totalu Lipu Pe’i Hulalu”, terutama dalam instrumen nilai “Batanga Pomaya” (raga ini harus diabdikan) untuk negeri (Lo’u Lipu).

Berbicara tentang pengabdian untuk Gorontalo, karya, dedikasi bahkan prestasi untuk daerah, baik semenjak perjuangan pembentukan Provinsi Gorontalo, saat menjabat Rektor IKIP Negeri Gorontalo, Rektor UNG, Rektor UMGO, kiprahnya di berbagai organisasi hingga menjadi Bupati Gorontalo 2 periode, Prof. Nelson boleh disebut merupakan salah seorang dari banyak tokoh di Gorontalo yang “layak” masuk nominasi “Ta Lo Imato” sosok yang perduli atau juga boleh disebut “Ta Lotolomaya to’ ulipu atau yang mengabdikan tenaga dan pikiran untuk negeri. Hal itu dapat dilihat dari terobosan,kiprah dan jejak karyanya untuk Gorontalo.

Namun yang menarik untuk dicermati dari kepemimpinan Nelson selama ini, adalah keteguhan hatinya yang tidak pernah goyah, semangatnya dalam bekerja yang terus terpatri,komitmennya membangun Gorontalo yang tidak pernah kendur dan keberpihakannya untuk “molimehu Bu’alo” (meningkatkan kesejahteraan rakyat) yang tidak pernah surut.

Keteguhan hati Prof. Nelson yang alumni Lemhanas 2009 ini, menjadi patut untuk ditelaah, karena dalam sepanjang sejarah kepemimpinannya selama ini, terutama saat menjadi Rektor dan menjadi Bupati, Nelson selalu saja menuai cobaan, selalu digoyang” dan kepemimpinannya dibayang-bayangi oleh gerakan sensasi, fitnah dan agitasi” dari sekelompok orang yang sekadar benci dan tidak suka.

Saat menjadi Rektor UNG dan Ketua PGRI Provinsi Gorontalo 2002_2010 misalnya, Prof. Nelson sempat menuai cobaan hingga pelantikannya sebagai Rektor yang sempat tertunda 9 bulan lamanya.

Dalam periode itu juga, Nelson sempat digoyang dengan kasus PLPG atau sertifikasi Guru yang membuatnya sempat menginap 3 hari di sel tahanan kejaksaan.

Jika saja, kala itu, Nelson bermental Ohilawo Ngo’idi” atau hati sadiki, mungkin ia sudah “angkat tangan” dan bisa saja Gorontalo hari ini, tidak memiliki Kampus IV UNG yang berdiri megah di Bone Bolango. Sebab pada masa itu, Nelson tengah berjuang keras merencanakan dan merintis pengembangan kampus UNG di Bone Bolango kolaborasi dengan Islamic Development Bank (IDB). Hal itu diakui oleh Rektor UNG Prof. Eduart Wolok saat peresmian Kampus IV di Bone Bolango pada 2020 lalu yang menurutnya keberadaan kampus IV tidak terlepas dari perencanaan dari rintisan di era kepemimpinan Nelson.

Saat menjadi Bupati, publik di Gorontalo sudah pasti mengetahui, bagaimana kepemimpinan Nelson yang terus digoyang dengan berbagai isu miring yang bernuansa fitnah dan agitasi yang seakan terus bergulir dan digulirkan.

Apalagi,ketika menjelang Pilkada serentak 2020, Bupati Nelson seakan menghadapi hantaman politik yang cukup keras dengan berbagai isu yang bertendensi politik sampai isu pencoretan di Pilkada Kab. Gorontalo kala itu.

Namun hebatnya, dibalik kerasnya serangan yang bertubi-tubi itu, Bupati Nelson terus fokus bekerja menyelesaikan tugas-tugasnya sebagai pemimpin yang harus melayani rakyat.

Walhasil, berkat keteguhan dan keuletannya itu ditengah berkecamuknya Pandemi covid-19 dan ditengah menghadapi isu miring yang ditujukan kepadanya, Kab. Gorontalo menuai prestasi dan apresiasi yang membanggakan, yakni Kab. Gorontalo mendapatkan kucuran dana insentif daerah atas apresiasi kinerja Pemerintahan Kab. Gorontalo senilai Rp 14. Miliar. Namun capaian prestasi itu tenggelam oleh berbagai kemelut politik dan pemberitaan Pandemi Covid-19 yang terus menyita perhatian.

Tidak hanya itu saja, keteguhan hati seorang Nelson, juga terus membuahkan performance pemerintahannya yang progresif.

Selain mampu mengembalikan supremasi Piala Adipura,dalam perkembangannya, deretan prestasi kepemimpinan Nelson terus menghentak ruang publik, diantaranya Kab. Gorontalo dinyatakan sebagai daerah yang tidak lagi memiliki Desa status sangat tertinggal dan tertinggal.

Masih banyak performance pemerintahan dan kepemimpinan Bupati Nelson yang tercetus, justru di tengah sensasi dan agitasi yang coba dimainkan untuk mendekonstruksi wibawa Bupati yang selama kepemimpinannya mampu mempersembahkan 200 lebih penghargaan untuk Kab. Gorontalo ini.

Tahun 2023 ini saja. Prof. Nelson meraih penghargaan Satya Lencana Wirakarya dari Presiden RI, meraih penghargaan sebagai Tokoh Penggerak Koperasi Utama dan penghargaan Kabupaten Layak Anak dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Bahkan tahun 2023 ini juga, Kabupaten Gorontalo mendapat penghargaan sebagai pusat pelaksanaan kegiatan World Coconut Day yang akan dihadiri oleh delegasi dari 20 negara yang tergabung dalam International Coconut Community.(ICC).

Yang lebih membanggakan lagi, sepanjang keberadaannya, World Coconut Daya diselenggarakan di Indonesia dan Kabupaten Gorontalo yang mendapatkan amanah dan kepercayaan sebagai pusat pelaksanaan event internasional ini pada September 2023 mendatang.

Mencermati Kiprah dan dedikasi Ketua Dewan Pembina Presidium Pembentukan Provinsi Gorontalo ini, maka tidak mengherankan dan bisa dipahami, jika Bupati Nelson selalu menjadi “sasaran” agitasi untuk sekadar “momenggo” derap langkah politik Nelson.(****)

%d blogger menyukai ini: